Rabu, 30 April 2014

Memelukmu dalam diam

1 tahun sudah aku mengenalnya. Senyum pertama masih ku ingat saat dia membalas jabat tanganku. Tapi,percayalah itu senyum tak semanis sekarang. Senyumnya sekarang lebih manis dari dulu. Mungkin karena aku telah jatuh cinta padanya.

Aaaahh sulit untuk ku ungkap getaran hati ini. Jantung yang berdetak lebih cepat ketika bersamanya. Darah yang lebih cepat mengalir ke seluruh tubuh ini. Ini menyiksa sejujurnya. Siksaan ku sebagai wanita yang tak berani mengungkapkan ini. Aaah lagi-lagi gender harus di junjung. Tapi apapun itu aku cukup bahagia memiliki rasa ini meski tak harus ku ungkap.
Label sahabat darinya membuatku bisa selalu dekat dengannya. Terkadang ada harapan bahwa dia juga memiliki rasa yang sama. Tapi aku takut menerjamahkan terlalu jauh.
"Aku mencintaimu" begitu suara hatiku ketika bersamanya. Hanya hati. Andai dia tahu. Tapi harus kupastikan bahwa dia hanya mencintaiku. Dia hanya jatuh cinta padaku.
Kepercayaan diriku semakin menjadi karena hingga saat ini dia tak punya pacar. Dia selalu mengatakan bahwa aku adalah wanita yang paling cantik. Ah Dia memang selalu membuatku melayang.
Andai dia tahu. Aku mencintaimu. Tapi aku bahagia kini aku bisa memelukmu dalam diam.

Bersama senja aku menunggumu

Sendiri menatap langit senja,dengan jingga yang menambah rasa. Itulah lembayung yang selalu membuatku rindu. Rindu akan sosokmu yang masih belum aku miliki.

Aku ambil benda di ujung meja sana. Ku klik nomernya,dan kuberanikan diri mengirim pesan padamu. Meski kamu sering mengacuhkannya. Tapi tenanglah itu bukan alsan untukku berhenti berusaha memilikimu. Justru ini yang membuat hormon adrenalin ini semakin membuncah. semangat dan tidak menyerah.

"Percayalah kamu akan kumiliki" Lirihku setiap kali pesanku hanya kau abaikan atau telepon yang kau acuhkan.

Dia tak pernah tahu sikap dia seperti bisa membuat gairah dalam jiwaku. Aku bisa selalu semngat menghadapi tantangan. Ketika aku bisa menyelesaikan tantangan apapun aku yakinkan diriku bahwa aku juga pasti bisa melewati tantangan untuk memilikimu.

Yah kamulah gairahku tak meilikimu saja aku selalu bahagia. percayalah aku bisa meilikimu.

Kembali ku ambil handphone yang ku taruh dalam tas. Lagi lagi aku kirimkan pesan padamu. Rasanya ini adalah kewajibanku dan ada yang hilang jika ku tak lakukan ini.

"Bersama senja aku masih menunggumu"
Tak lama handphone ku berdering dan kulihat pesan masuk dengan nama Aldi. 
"Maaf suamiku sedang di luar kota"
Hahahaha inilah yang membuatku semakin bergairah. aku suka tantangannya.

Rabu, 16 April 2014

Ternyata Kamu

"Bali?" respon heran Kirana saat menerima tiket dari tangan Revan. Ia mengernyitkan dahi menilik apa maksud Revan sesungguhnya.

Revan yang baru selesai menghabiskan lemon jusnya mengangguk dan tersenyum tanda mengiyakan.

Masih dalam rasa penasaran,Kirana langsung pergi meninggalkan laki-laki itu. Ia tak peduli untuk berpamitan atas undangan makan siangnya.

Revan yang masih duduk memunguti tiket yang di letakkan Kirana di atas meja begitu saja.

Nampaknya Revan sudah paham dengan sikap Kirana yang seperti anak kecil atau bahkan manusia aneh seperti ini.

Tugasnya sebagai Psikolog pribadi Kirana yang di sematkan mamah Kirana membuat Revan tetap bertahan dengan segala kondisi Kirana meskipun terkadang bahkan selalu tak menghargainya.

Ia merasa lebih tertantang ketika di hadapkan dengan gadis yang merupakan anak dari sahabat mamahnya itu.

Rasanya Ia banyak belajar dari Korana. Sebagai lulusan Psikolog London University,Revan merasa hal seperti ini memang  harus menjadi makanannya.

Hampir satu tahun menemaninya. Revan adalah orang kedua setelah mamahnya yang mengetahui semua yang terjadi pada Kirana. Tapi gelar sahabatpun enggan di anugerahkan Kirana kepada Revan. Kirana tetap menganggap Dia tak lebih dari monster.

"Kamu pasti tidak bisa menolak cantik" Lirih Revan yang masih memperhatikan Bayangan Kirana hingga tenggelam setelah mobil yang di tumpangi Kirana melaju pergi.

Benar saja rencana Revan memang tak sembarang rencana,Ia sudah menghubungi mamah Kirana agar mengizinkan anaknya pergi bersama dirinya ke Pulau eksotik di Indonesia itu. Beruntung saja mamah Kirana yang sangat percaya pada Revan dengan mudah memberi izin.

Kirana yang mengetahui hal itu tak bisa berkata apapun. Segala keputusan mamahnya selalu Ia anggap yang terbaik. Tak berani Kirana membantah apapun yang mamahnya katakan. menurutnya bahagia mamahnya adalah bahagia dirinya.

Benda di atas meja rias itu bergetar,Kirana yang baru selesai mandi langsung mengangkat telepon yang tak lain dari Revan.

Revan memastikan Kirana benar-benar menyetujui tawarannya. Revan menjanjikan tempat yang takkan membuat kirana kecewa telah menerima ajakannya.

The Bay Bali,begitu terdengar jelas di telinga Kirana. Itu adalah tempat favorit Kirana jika Ia ke Bali bersama mamahnya. di mulai dari tempatnya yang unik tetapi modern ditambah menu makanan dengan bumbu khas Bali sudah membuat Kirana tak sabar segera sampai meski baru mendengar saja.

Kirana memancarkan senyum yang tak biasa,mamahnya yang selalu bersamanya juga merasakan hal demikian. Mamahnya berharap Kirana bisa cepat bangkit dari kegelapannya,kegelapan masa lalu.

Kirana juga tak mengerti apa yang di rasakannya Ia lebihh sering bahagia bila mendengar nama Revan dan ada kegundahan yang tak biasa bila sehari saja tak berjumpa. Entahlah Kirana tidak mau menelusuk perasaannya terlalu dalam Ia tetap menganggap Revan adalah monster.

***

"Ingatyah aku kesini karena permintaan mamah bukan buat kamu". Tegas Kirana pada Revan mengingatkan sambil meninggalkannya menuju kamar yang sudah di pesan.

Kirana merasa tidak salah menerima ajakanRevan,dimulai dari datangnya saja Ia sudah menikmati jamuan yang bisa membuat Ia terbuai dalam keindahan pantai yang bisa Ia saksilan lewat balkon kamarnya.

Kirana tidak sabar ingin segera malam karena Ia akan menuju The Bay Bali untuk rencana makan malam. Tapi sore itu Ia ingin menyaksikan sunset di pantai nusa dua. Ia langsung merogoh sakunya mengambil ponsel dan menghubungi Revan, padahal kamar mereka bersebelahan.

"Hey bisakah kita menyaksikan sunset dulu sebelum kita mulai makan malam?"

"Tentu cantik nanti akan ku ajak kau ke tempat menyaksikan dewa siang menenggelamkan diri" sahut Revan bahagia karena tak mudah membuat Kirana menelepon dirinya terlebih dulu.

Sore itu langit nitrogen menunjukkan keanggunannya,gumpalan-gumpalan putih di atas sana tetap membuat langit percaya diri mempersiapkan perubahan warnanya. Sang dewa siang sudah bersiap di ujung hamparan laut untuk menenggelamkan diri. Terlihat dua makhluk Tuhan berdiri menyaksikan penomena yang selalu ditunggu manusia-manusia yang mengunjungi nusa dua disenja ini.

"Menurutmu bahagia itu apa?" tanya Revan yang sedari tadi memperhatikan Kirana menikmati keindahan di hadapannya.

"mamah" jawab Kirana tanpa menengok ke arah Revan.

"sudah membahagiakan mamahmu?" ternyata Revan berlanjut dengan pertanyaannya.

"tentu" jawab Kirana singkat berharap tak ada pertanyaan yang akhirnya selalu memojokkan dirinya. yah khas seorang psikolog mungkin menurutnya.

"sudah tahu apa yang bisa membuat mamahmu bahagia?" Lanjut Revan seperti dugaan Kirana.

"aku menjadi wanita sukses,membelikan mamah rumah,mobil,dan semua yang mamah inginkan!" jawab Kirana dengan nada mulai marah. yah emosional begitulah Kirana.

"Bagaimana jika mamahmu memintamu menikah?" ternyata Revan masih belum menyerah.

Kirana sudah merasa naik darah dengan pertanyaan ini,Revan sudah merusak kedamaian hatinya. Yah memang selalu begitu anggapannya.

Dengan kesal Kirana membalikkan badan dan memegang kedua pipi Revan dengan untuk mrnegaskan agar tidak merusak harinya.

"Dengar yah! aku tidak akan menikah,itu tidak akan,aku tidak butuh hidup dengan bantuan monster yang di ciptakan tuhan tanpa keuntungan! seperti kamu! kamu disini hanya diberi tugas oleh mamahku jangan kamu lakukan lebih dari itu dan petanyaan tadi sangat tidak pantas kamu katakan!". Tegas Kirana,dan sangat tegas.

Tetapi tiba-tiba Kirana diam memandang setiap inci makhluk di hadapannya,tanpa melepaskan tangan yang masih menempel di pipi Revan. Begitupun Revan tidak melepaskan sedikitpun pandangan makhluk di hadapannya.

Kirana menyelusup kedalam mata coklat Revan yang tak disangka memberikan kedamaian untuknya,hingga tak kuasa ia menahan tangan Revan yang sudah melingkar di pinggangnya,meraih Raisa dalam pelukan hangat yang lama,lembut dan damai. Kirana terlena. Begitupun Revan. Kirana merasa ini adalah pelukan ternyaman dua setelah pelukan mamahnya. Napas Revan mulai ngos-ngosan. Ia tatap mata bening Kirana,mengelus lembut pipinya,bibirnya,dan saat bibir mereka nyaris bertemu,ada sesuatu menampar keras hati Kirana.

"Tidak,tidak mungkin". Kirana langsung melepas pelukannya. dan langsung berlalu pergi ke Hotel.

Revan masih terdiam. Sesekali Ia tersenyum memperhatikan Kirana yang lari meninggalkannya. "Tunggu nanti malam cantik" lirih Revan yang sudah tak sabar menunggu makan malam bersama Bidadari hatinya itu.

Sunset kali ini benar-benar yang paling membuatnya bahagia. Tapi Kirana,masih tak percaya dengan kejadian tadi sore.

Ini membuat Kirana tenggelam dalam bayangan masa lalu,masa lalu yang kelam,masa lalu yang membuatnya harus melakukan hal ini.

Kirana harus melihat kejadian yang seharusnya tak pantas Ia lihat. Di usianya yang masih  3 tahun,ia harus menyaksikan mamahnya mendapat perlakuan kasar dari papahnya di hadapan kirana sendiri.Ia juga harus menerima kenyataan Papahnya meninggal karena over dosis minuman keras. Tak hnaya itu setelah tak berapa lama ibunya jatuh cinta pada laki-laki yang Ia anggap bisa menjadi suami dan ayah yang baik untuk Kirana.

Tetapi kenyaaan berkata lain,sebelum menjadi Ayahnya pun laki-laki itu berani membuang Kirana dengan memberikannya begitu saja kepada pedagang asongan lalu Ia pergi meninggalkan Kirana tanpa menengok lagi. Ia pergi sementara orang yang menerima kirana ketakutan akan tuduhan penculikan,akhirnya Ia membawa Kirana kekantor polisi. Kenyataan ini membuat Kirana harus berpisah dengan mamahnya selama beberapa hari sampai akhirnya mamahnya menjemput Kirana ke kantor polisi.

Dari situ Mamahnya berjanji akan menjaga Kirana.

Tapi yang terjadi adalah Kirana yang menjaga mamahnya dari pria yang dekat dengan mamahnya.

Ia membenci semua laki-laki untuk itulah dia menganggap monster kepada makhluk ciptakan tuhan yang menjelma sebagai laki-laki ini.

Tapi apa yang Ia lakukan baru saja . Ia berpelukan dengan monster itu.

Kini Ia takut,Ia takut Ia jatuh cinta. Dan ini tidak boleh terjadi.

Kirana merasa harus mencari jalan keluar.

Seperti biasa Ia pasti menanyakan saran hanya kepada mamahnya.

Diambilnya ponsel dan langsung mengklik nomor mamahnya. Telepon langsung tersambung.

Ketika suara mamahnya baru mengatakan "hallo" Kirana langsung membalasnya dengan deretan cerita yang baru saja Ia rasakan. begitu panjang dan mengerikan. menurut Kirana .

Tapi mamahnya menjawab dengan lembut dan membuat kedamaian lagi di hati Kirana.

"Sayang,kamu jatuh cinta" begitulah suara mamah di ujung pesawa telepon itu

Kirana bingung. Apa yang Ia takutkan ternyata terdengar jelas dari mulut jujur mamahnya.

"Cepat siapkan dirimu,bukankah kau ada agenda makan malam bersamanya?" terdengar suara mamah itu sambil tersenyum.

Mamah mungkin baghagia. Apakah kebahagiaan mamahnya ini harus menjadi kebahagiaan Kirana juga?

Kirana masih belum siap mengakuinya.

"mamah tahu dari mana kita akan makan malam?" tanya Kirana yang heran mamah menetahui agendanya.

"Tentu saja calon menantuku yang memberitahu mamah ayang". Jawab mamah Kirana dengan nada menggoda putri terbaiknya.

Ternyata Revan tak kalah cepat. Ia selalu tahu apa yang harus dilakukan.

Malam ini Kirana terlihat sangat anggun. Gaun putih yang Ia kenakan menambah keanggunan Bidadari yang kini telah di hadapan Revan

Mereka kini sudah berada di Pirates Bay. Restoran dengan nuansa bajak laut ini mebuat siapapun yang berada disini akan merasa seolah menjadi pembajak laut yang romantis.

Itu juga yang menjadiak alasan Revan mengajak Kirana kesini. Terlihat Lirana sangatenikmati ini.Revan memang selalu tahu apa yang membuat Kirana bahagia.

Kini mereka masih sibuk menghabiskan menu pesanannya. tanpa ada perbincangan.

Revan yang tak suka demikian akhirnya memulai percakapan.

"Cantik bagaimana sunsetnya tadi sore?" Suara Revan menghempaskan keheningan.

Kirana yang baru saja menyeleaqikan suapan terakhir tuna melt sandwich-nya langsung tertegun,menunduk,tak berani mengangkat wajahnya.

Rona wajah Kirana mulai berubah,tak seceria tadi,lampu yang menyinari mereka malam ini serasa meredup di wajah Kirana.

Kirana masih larut dalam perasaannya. Ia masih belum percaya dengan apa yang terjadi padanya senja tadi.

Revan pun langsung mendekatinya dan menggenggam erat jemari lentik Kirana.

"Cantik,aku mencintaimu". lanjut Revan seolah tak peduli kegalauan hati Kirana.

Kirana masih diam,untuk mengangkat wajahnya saja  Ia tak kuasa. Kirana tak tahu apa yang di rasakannya.

mungkin hati dan pikirannya belum sinkron untuk dengan mudah mengatakan "Aku juga mencintaimu Revan".

Tidak,itu tidak pernah terbayangkan olehnya.

Revan yang di hadapannya mengetahui Kirana yang salah tingkah. Ia juga melihat pipi putih Kirana mulai memerah. Tapi keyakinan Revan selalu tak pernah mengecewakan dirinya sendiri. Revan semakin berani.

"Cantik,tolonglah jangan kau anggap aku masa lalumu. Yang kejam dan penuh ketidak adilan di sisimu. Aku adalah masa depanmu. Aku akan mencintaimu,menjagamu juga membahagiakanmu" Revan tak menyerah meyakinkan Kirana.

Perlahan Kirana mengangkat wajah indahnya yang kini mulai memerah,mungkin malu di tambah tak percaya.

Mata Kirana  tepat bertemu dengan mata laki-laki itu. Ia melihat kejujuran dan ketulusan disana. Ia tak percaya menemukan itu selain dari mamahnya. Revan kau lah. Lirih Kirana dalam hati.

Tanpa terasa ada bulir bening keluar dari mata cantiknya. Revan sudah tahu jawabannya. Revan sudah yakin. Revan tak salah mengungkapkan perasaannya.

Kini Ia kembali memeluk Bidadari bermata bening di hadapannya.

Yang ternyata dibalas oleh Kirana yang juga merangkulnya. erat dan sangat erat.

Kirana hanyut dalam pelukan malam sang pemenang hatinya. Ia tak percaya ada pelukan kedamaian selain pelukan mamahnya. Ia yakin inilah hari barunya.

Hari baru setelah 20 tahun sudah Ia terjebak dalam trauma. Dan manusia di pelukannya kini bukan monster lagi Ia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang menjelma menjadi Malaikat pembagi kebahagiaan.

Langit yang gelap tetap anggun dengan caranya. Bulan dan sahabatnya penjadi hiasan diatas sana.

sama seperti Kirana yang telah menemukan cara meraih bahagiaannya. Monster yang dulu Ia benci kini menjadi penghias hidupnya.



Blog post ini dibuat dalam rangka

mengikuti Proyek Menulis Letters of

Happiness: Share your happiness with The Bay Bali & Get discovered!

Jumat, 04 April 2014

Dukun politik

9 April 2014 tinggal 5 hari lagi daaan di tanggal itu Indonesia kita tercinta akan berpesta,pesta yang dilaksanakan 5 tahun sekali. Ya! Itu dia kita akan melaksanakan pemilu. Tahun ini adalah tahun pertama aku mau nyoblos hahay suaraku sudah menentukan nasib bangsa. Ga golput yaa demi negeri kita tercinta.
Tapi,yang mau aku bahas sekarang bukan soal aku yang udah boleh nyoblos,melainkan cerita tentang seseorang yang ga penting tapi ternyata berpengaruh buat para caleg2 yg bakal kita pilih nanti.
Dukun politik,dia ternyata lagi naik daun saat ini,namanya sering banget jadi topik utama di televisi,waah emang kenapa sih dia??
Iya di era yang super duper modern ini ternyata manusia2 yang mencaleg kan diri sering mendatangi si dukun ini. Entahlah apa tujuan mereka sebenarnya ingin menjadi anggota legislatif karena sesungguhnya ketika kalaupun dia menang karena si dukun itu,dia harus menyeleaaikan misinya 5 tahun kedepan,jika sekarang aja berkompetisi disini tidak percaya diri bagaimana nanti ketika dia sudah mendapat mandat yang harus ia kerjakan sendiri,memutar otaknya sendiri,hah entahlah bagaimana nasibnya jika dia yang harus memimpin hancur yaa memang hancur sudah pasti.
Sekarang semua ada di tangan kita rakyat yang harus pandai memilih,karena kemajuan bangsa kita ada du tangan kita.
Selamat nyobloooos.

Kamis, 03 April 2014

Benci dan cinta


Pernah di posisi mencintai apa yang kamu cintai? Dalam terjemahannya kamu berada dekat dengan apa yang kamu cintai,kamu mengerjakan apa yang kamu cintai,kamu mencintai apa yang kamu cintai?
Lalu bagaimana jika kamu harus membenci apa yang kamu cintai?
Ini adalah kebalikannya. Dari bayangannya pasti banyak yang tak bisa membayangkan bagaimana bila dalam posisi ini. Karena pada kenyataannyapun tak sedikit yang tak mampu melalui ini.
Membenci apa yang kita benci itu mudah tapi membenci apa yang kita cintai itu sangat jauh dari kata mudah.
Misalnya orang yang senang manis tiba2 dia di vonis diabettes bukankah ini sulit sekali?
Tapi melalui proses yang di biasakan kita pasti bisa melalui ini. Bahkan kita bisa ketahap selanjutnya yaitu mencintai apa yang kita benci. Silahkan terjemahkan sendiri maksudnya :)