Senin, 19 Mei 2014

Mei Kelabu

Mei,begitu mendengarnya ada sejuta cerita berputar dalam otakku. Nama bulan yang paling irit ini telah banyak menorehkan banyak kenangan dalam hidupku. Dalam perjalanan menuju gerbang mimpiku.

Bulan ini menyadarkan kenyataan dalam harapan. Memberitahukan bahwa ada perbedaan antara mimpi dan ambisi. Di bulan ini aku mendapatkan sesuatu yang tak pernah terbayangkan,melakukan yang tidak direncanakan. Bulan ini menjadi saksi bagaimana air mata yang ku usahakan tak akan jatuh tapi justru aku tumpahkan begitu saja. Aku membenci bulan ini aku membenci Mei.

Tepatnya satu tahun lalu. Setelah tamatnya 3 tahun perjalananku di SMA. Bulan Mei adalah bulan sejuta harapan untukku mungkin untuk ratusan jiwa siswa SMA diseluruh Indonesia sepertinya. Karena di bulan ini penentuan masa sekolahku di kukuhkan. Salah satunya test SNMPTN. Iya ini salah satu harapan dari banyak impian yang aku tunggu di bulan ini.

Setelah di awali dengan kelulusan masa studiku ini juga menandakan selesai sudahlah perjalanan di masa yang menurut kebanyakan tak akan ada duanya. Ah ini sungguh menyebalkan. Berpisah dengan mereka yang sudah menjadi bagian hidupku bukanlah hal yang aku impikan. Tapi aku bisa apa? Ini siklus kehidupan. Yakinlah setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Aku sedih yah tentu. Ini satu cerita dari Mei
Kelabu ini.

Tak ada yang menjadi headline news kalau sudah kelas 3 SMA ya pasti kelanjutan setelahnya. Oh sungguh bukan hal mudah menentukan ini. Dengan pemikiran yang matang kita harus pilih apa yang menjadi pilihan kita nanti.

Aku terlibat disana. Tak ketinggalan aku ikut semua test yang bisa aku ikuti termasuk SNMPTN. Disini ceritaku dimulai. Penantian yang cukup lama dari pendaftaran yang sudah di finalisasi setelah sebelumnya aku menghadapi perdebatan batin. Menentukan pilihan yang tak mudah ini aku harus siap menerima apapun resikonya.
Tapi sungguh aku punya kepercayaan diri yang sangat tinggi saat itu. Aku percaya dengan nilaiku itu aku akan lulus perguruan tinggi negeri terfavorit pada jurusan yang favorit pula.

Pagi hari pihak sekolah memberi kabar kalau pengumuman di percepat menjadi sore hari itu juga. Seketika degup jantungku jadi tak beraturan. Aku salah tinhkah. Kerjaanku melirik jam karena merasa waktu sangat lama menuju pukul empat.

Aku bersiap-siap saat waktu tinggal menghitung menit. Aku juga meminta mamah menemani disampingku untuk menyaksikan hasilnya dengan keyakinan senyumnya akan langsung terpancar setelah pengumuman itu dibuka.

Dan,taraaaaaa.... jam empat sore tepat. Aku masih belum siap membuka. Akhirnya aku tanyakan dulu pada teman-temanku sungguh bahagia ketika balasan dari mereka itu rasa syukur dengan Hamdallah atas kelulusan merekaa. Ahh aku semakin tak sabar. Mamahpun mendesak untuk segera ku buka hasilnya.

Aku masukkan namaku dengan kata sandi yang sudah kuhafal.

Ku buka pertama dengan hasil yang belum kupercaya. Takut salah buka aku ulang lagi hingga ketiga kalinya. Tapi jawaban tetap sama

"Maaf Anda tidak dinyatakan lolos pada seleksi SNMPTN"

kurang lebih seperti itu kalimat yang bisa ku baca. tiga kali mencoba tetap sama.

Aku terhenyak tak percaya. Tak berani ku tatap wajah mamah yang dari tadi masih terdiam di sampingku. Sungguh ingin aku melihatnya dan berusaha tersenyum menandakan aku baik-baik saja. Tapi aku tak bisa,tubuhku justru bergetar dan melemah. Air mata tak bisa kubendung dan keluar semaunya. Mamah langsung memelukku. Mamah membisikkan semangat dengan suaranya yang sedikit bergetar tapi tak dilihatkan olehnya. Mamah masih tetap ingin terlihat tegar. Meski aku tahu mamah kecewa sama sepertiku.

Dunia seketika langsung gelap. Tak ada lagi celah untuk cahaya masuk. Aku masih terdiam mengharap bahwa ini mimpi. Lagi-lagi aku masih tersadar ini nyata. Saat itu aku tak lagi percaya mimpi. Aku tak lagi ingin hidupkan harapan lagi. Ini benar-benar kekecewaan. Aku menghukum diriku. Jangankan untuk makan menghirup oksigenpun aku sudah tak mau. Aku kecewa pada diriku. Aku selalu berharap hari selalu malam tak usah kutemukan siang karena percuma Matahari sudah tak menyukaiku lagi. Aku ingin tinggaljan dunia meski tidak dengan cara mati. Pikirku saat itu.

Kekecewaan menggelayuti setiap hari membuat siapapun khawatir. Lagi-lagi kulihat Mamah dan keluarga tak berhenti memberi perhatian untukku. Dari mereka jugalah aku menemukan cahaya kembali. Rasanya kehangatan mentari itu membisikkan energi bahwa masih banyak yang harus aku lakukan termasuk membahagiakan mereka. Dua malaikat hidupku. Dengan akhir yang belum berakhir aku siapkan kembali diriku untuk hidup kembali. Meninggalkan kegagalan yang bukan untuk diratapi tapi dijadikan pelajaran.

Pagi hari itu pada diri yang telah mengalami kegagalan ku ucapkan selamat karena aku sudah melewati tahap menuju sukses. Tak akan kurasakan sukses bila tak ku rasa gagal lebih dulu.

Terimakasih Mei Kelabu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentar yang bijak dan membangun yah.