Rabu, 11 Juni 2014

Its Crazy

Disaat jingga mulai berganti memerah hingga menghitam dan terlihat benda terang pengganti mentari di atas sana. Belaian angin lembut mengibaskan rambut dikepalanya.

Dan dalam kepalanya tak henti Ia pikirkan seseorang yang Ia sendiri meyakini tak akan pernah memikirkan dirinya hingga sejauh ini.

Ia ambil handphonenya,seperti biasa. Dalam senang atau susah Ia selalu buat status di akun twitternya. Kali ini Ia lebih tertarik meretweet sebuah status yang sesuai dengan harapan juga perasaannya.
"Coba deh kamu nembak aku,aku pasti langsung bilang iya aku mau :D"

Yah seperti inilah dirinya kini. Selalu berharap pada angin yang datangnya sesaat. Berharap angin yang sama kembali lagi.

"Drrrttt Drrrrtt Drrrrttt"
Tiba-tiba benda yang baru saja disimpan langsung bergetar. Langsung Ia lihat dan tak salah lagi. Pesan yang dari dulu selalu ia tunggu bahkan getaran hatinya masih sama seperti saatpertama menerima pesan dari Revan. Pria yang Ia cintai tapi tak pernah bisa Ia miliki. Bagaimana tidak Dia tak berpikir begitu. Revan selalu datang padanya dan terlihat gelisah ketika ada masalah dengan kekasihnya. Dan Revan tak pernah lupa berterimakasih saat saran darinya berhasil membuat hubungannya kembali baik. Padahal dalam hatinya Ia ingin sesekali saran yang Ia beri gagal dan hubungan Revan hancur. Ini memang jahat. Tapi yang dia rasakan lebih sadis dari apapun.

"Fen,kita ketemu yah sore ini di tempat biasa. Aku ada sureprise nih."

Ia baca ulang pesan singkat yang diterimanya dan ini benar bukan khayalnya lagi.

"Revan ngajak aku ketemu? Ngasih sureprise? Jangan-jangan Dia udah liat status aku? Dan jangan-jangan? Aaaa... aku ga sabar." Respon cepatnya mencoba menerka-nerka dan tetap bersama imajinasinya.

"Hai Fen sorry lama nunggu. Oh iya sebentar". Revan yang baru datang langsung menyapa Feni dan merogoh saku jasnya. Terlihat kotak merah dari diambilnya lalu dibuka dihadapan wanita yang sedari tadi tak sabar menanti.

"Bagus ga? Coba deh di jari kamu." Revan langsung memasangkan cincin itu di jari Feni. Terlihat aura terkejut yang membuat pipi putihnya memerah.

"Kamu suka ga?" Revan membuyarkan lamunannya.
"Suka banget Van,ma.."
"Oke fix kalau kamu suka,Rita juga pasti suka soalnya kan selera kalian suka sama"
Revan memotong ucapan Feni dan langsung terasa memotong tenggorokannya saat itu juga. Mati rasa sangat mati. Tak ada lagi Oksigen yang masuk. Hanya racun yang di hirup. Mati hatinya. Mati perasaanya.


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti
program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di
Facebook dan Twitter @nulisbuku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentar yang bijak dan membangun yah.